Saturday 14 July 2018

SOP Pengambilan Sampel Analisa Gas Darah (AGD)

SOP Pengambilan Sampel Analisa Gas Darah (AGD)


analisa gas darah agd

Analisa gas darah (AGD) dilakukan guna menilai tingkat keseimbangan asam dan basa, serta mengetahui kondisi/keadaan fungsi pernafasan, kardiovaskuler dan menilai kondisi/keadaan fungsi metabolisme tubuh. Sampel darah pada AGD ini diambil dari pembuluh darah arteri.

Tujuan : Untuk menilai dan mengetahui keseimbangan asam basa dalam tubuh dan tindakan yang akan dilakukan.

Indikasi :
1. Tindakan analisa gas darah ditujukan pada pasien dengan sebagai berikut:
a. Obstruktif kronik pulmonari,
b. Edema pulmonari,
c. Sindrom distres respiratori akut,
d. Infark myocardial,
e. Pneumonia.
2. AGD juga diberikan pada pasien yang sedang syok dan setelah melakukan pembedahan bypass arteri koronaria.
3. Pasien yang mengalami resusitasi dari penyumbatan atau penghambatan kardiak.
4. Pasien yang mengalami perubahan dalam status pernapasan dan terapi pernapasan, serta anesthesia.

Kontraindikasi :
Pada pasien yang daerah arterialnya mengalami: Amputasi, contractures, infeksi, dibalut dan cast, mastektomi, serta arteriovenous shunts.

SOP Analisa Gas Darah
1. Persiapan Alat :
a. Spuit : dewasa spuit 3 cc, anak – anak : wing nedle
b. Kassa steril
c. Alkohol 70%
d. Sarung tangan
e. Bengkok
f. Tube heparin
2. Cara Kerja :
a. Cuci tangan (sesuai sop cuci tangan)
b. Identifikasi pasien
c. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
d. Pasang tabir di sekeliling tempat tidur pasien,bawa peralatan ke dekat pasien.
e. Catat jumlah oksigen yang diberikan.
f. Pakai sarung tangan.
g. Raba arteri radialis, branchialis atau femoralis dan fiksasi.
h. Desinfeksi lokasi pungsi dengan kapas alkohol.
i. Suntikkan Jarum ke arteri radialis dengan sudut antara 45 - 90 derajat.
j. Pastikan jarum masuk dalam arteri. Pada saat jarum masuk ke dalam pembuluh arteri, darah akan terisap sendiri tanpa spuit diisap dan warna darah yang keluar ialah merah terang.
k.  Setelah darah terhisap (kira – kira 3 cc) tarik spuit dan tekan bekas tusukan arteri 5 – 10 menit dengan kasa steril. Bila pasien mendapat heparin tekan selama 15 menit.
l. Masukkan darah dalam tube heparin
m. Observasi adanya hematoma.
n. Beri etiket identifikasi pada tube
o. pantau tanda-tanda vital dan sirkulasi
p. Bereskan alat.
q. Cuci tangan.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan :
1.    Faktor yang menyebabkan kontra indikasi dalam penggunaan tindakan analisa gas darah ini, meliputi amputasi, kontraktur, tempat atau area infeksi, balutan, mastektomi, atau arteriovenous shunts.
2.    Lakukan tes Allen sebelum memulai mengambil contoh darah dari arteri.
3.    Area injeksi yang sebelumnya atau kondisi yang sesudahnya mungkin dapat mengeliminasikan menjadi area potensial.
4.    Perawat berperan untuk memberikan penkes kepada pasien untuk segera melapor jika terjadi kelumpuhan atau mati rasa, serta rasa terbakar di sekitar tangan tepatnya di daerah yang diinjeksi, yaitu arteri radial.

Monday 29 January 2018

SOP Perawatan Luka Bakar

SOP Perawatan Luka Bakar

Perawatan Luka Bakar

Perawatan Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu kondisi terjadinya luka yang diakibatkan suhu yang terlalu panas hingga menyebabkan kerusakan pada jaringan. Penyebab luka bakar disebabkan oleh api, sinar matahari, air panas, bahan kimia, listrik, gesekan, radiasi, ledakan dan sumber energi panas lainnya.

Luas luka bakar
Untuk menentukan resusitasi cairan atau pengembalian cairan pada pasien luka bakar dibutuhkan penghitungan luas luka bakar dengan rumus “rule of nine” yaitu penghitungan luas luka bakar berdasarkan daerah luka bakar dengan memberi nilai dalam bentuk persen.

Perawatan Luka Bakar rule of nine

Jika luas luka bakar sudah diketahui gunakan rumus baxter untuk menentukan kebutuhan cairan pasien luka bakar, yaitu 4cc x Luas luka bakar x BB (berat badan).

Grade luka bakar
Grade I
Kerusakan jaringan yang terjadi ringan atau terbatas, hanya mengenai lapisan epidermis, secara klinis kulit terlihat kemerahan, kering dan terasa sakit.
Grade II
Kerusakan jaringan yang terjadi mengenai sebagian dermis, kelenjar keringat dan folikel rambut tetap utuh. Secara klinis kulit tampak kekuningan/merah, basah, adanya bula, dan terasa sakit.
Grade II dalam
Kerusakan jaringan yang terjadi mengenai sebagian dermis hingga folikel rambut, kelenjar keringan tetap utuh, kulit tampak kuning/merah, terasa sakit dan adanya bula.
Grade III
Kerusakan jaringan yang terjadi mengenai seluruh lapisan dermis, secara klinis kulit tampak coklat, putih, hingga hitam, kering dan tidak sakit karena ujung-ujung saraf sudah mengalami kerusakan.

SOP Perawatan Luka Bakar
Fase prainteraksi
Mengecek catatan medis dan perawatan
Cuci tangan
Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
a. Satu set perawatan luka berisi : pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting jaringan, kom kecil 2 buah.
b. Kassa steril
c. Obat-obatan yang diperlukan antibiotik topikal (perak sulfadiazine)
d. Sepasang sarung tangan bersih dan steril
e. Plester/ hipafix dan gunting plester
f. Perban gulung
g. NaCl 0.9%
h. Spuit 3 cc 1 buah
i. Larutan desinfektan dalam tempatnya
j. Masker
k. Perlak atau pengalas
l. Bengkok, kantong sampah medis

Fase interaksi
Memberikan salam terapeutik (assalamu’alaikum/ selamat pagi)
Melakukan evaluasi/validasi (bagaimana perasaannya hari ini)
Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik)
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

Fase kerja
1. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
2. Pertahankan privasi pasien selama tindakan
3. Cuci tangan, pakai hand scone bersih
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin
5. Pasang alas dibawah luka dan dekatkan bengkok
6. Lepas balutan dengan pinset dan gunting plester
7. Kaji kondisi luka pasien (luas luka, grade luka, ada tanda-tanda infeksi atau tidak, dst)
8. Lepaskan sarung tangan bersih dengan menarik dari dalam keluar
9. Set up peralatan steril, membuka peralatan dan siapkan cairan yang diperlukan
10. Kenakan sarung tangan steril
11. Bersihkan luka sesuai dengan kondisi luka tetap steril dengan menggunakan kassa basah yang dibasahi dengan NaCl 0.9% dimulai dari dalam menuju keluar
12. Bersihkan jaringan nekrotik atau bersihkan dengan gunting nekrotomi, apabila terdapat bula sedot dengan spuit (bula tidak boleh dipecahkan)
13. Olesi luka dengan antibiotik topikal (jika grade I-II) kemudian bisa langsung dibalut dengan kassa kering tanpa menggunakan kassa lembab, untuk luka grade III balut dengan kassa lembab ditambah dengan kassa kering.
14. Balut luka dengan kassa gulung dari bagian distal ke proksimal
15. Lepaskan sarung tangan, kemudian fiksasi balutan dengan hipafix
16. Rapikan dan atur posisi pasien senyaman mungkin

Fase terminasi
Evaluasi respon dan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
Rencana tindak lanjut
Kontrak yang akan datang

Cuci tangan, kemudian dokumentasikan kegiatan/tindakan

Semoga bermanfaat, salam CaPer

Monday 6 November 2017

Cara Menghitung GCS Penilaian Glasgow Coma Scale

Cara Menghitung GCS Penilaian Glasgow Coma Scale

cara menghitung gcs

Glasgow Coma Scale atau yang sering kita dengar dengan sebutan GCS ini sudah tidak asing lagi di dunia keperawatan dimana GCS ini digunakan sebagai kategori tingkat kesadaran seseorang dengan skala-skala tertentu. Teknik penilaian GCS ini menggunakan tiga poin penilaian yaitu mata, verbal dan motorik, dengan nilai maksimal E : 4 V : 5 M : 6 dengan total GCS : 15 (composmentis).

GCS mempunyai 7 kriteria tingkat kesadaran sebagaimana berikut :
1. Composmentis, dengan nilai GCS 14 – 15
Yaitu suatu kondisi dengan kesadaran penuh baik terhadap lingkungan maupun dirinya serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan perawat dengan baik.
2. Apatis, dengan nilai GCS 12 – 13
Yaitu suatu kondisi seseorang tampak acuh tak acuk terhadap lingkungan disekitarnya.
3. Delirium, dengan nilai GCS 10 – 11
Yaitu suatu kondisi seseorang dengan kekacauan gerak atau motorik, tampak gaduh dan gelisah, siklus tidur yang terganggu, disorientasi, kacau hingga meronta-ronta.
4. Somnolen, dengan nilai GCS 7 – 9
Yaitu suatu kondisi seseorang mengantuk yang masih bisa sadar jika dirangsang, namun jika rangsangan berhenti akan tidur kembali.
5. Sopor/ stupor, dengan nilai GCS 5 – 6
Yaitu suatu kondisi seseorang dengan mengantuk yang dalam, yang masih dapat dibangunkan dengan rangsangan yang kuat seperti nyeri, namun tidak dapat bangun dengan sempurna serta tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik.
6. Semi coma, dengan nilai GCS 4
Yaitu suatu kondisi seseorang dengan penurunan kesadaran dengan tidak memberikan respon dari pertanyaan, tidak bisa dibangunkan sama sekali, respon dengan nyeri hanya sedikit namun reflek pupil dan kornea masih baik.
7. Coma, dengan nilai GCS 3
Yaitu suatu kondisi seseorang dengan penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak berespon terhadap rangsangan nyeri dan tidak ada gerakan.


Cara Penilaian GCS
Respon membuka mata (Eye), dengan kode “E”
- Berespon dengan spontan tanpa adanya stimulus atau rangsangan (Nilai : 4)
- Berespon terhadap verbal, dengan menginstruksikan membuka mata (Nilai : 3)
- Berespon terhadap nyeri, bisa dengan dicubit (Nilai : 2)
- Tidak berespon (Nilai : 1)
Respon Verbal, dengan kode “V”
- Orientasi baik dan bicara jelas (Nilai : 5)
- Meracau, berbicara berulang-ulang, bingung dan disorientasi tempat dan waktu (Nilai : 4)
- Mengucapkan perkataan yang tidak jelas (Nilai : 3)
- Mengerang (Nilai : 2)

- Tidak berespon (Nilai : 1)
Respon Motorik, dengan kode “M”
- Gerakan mengikuti perintah perawat (Nilai : 6)
- Menjangkau dan menjauhkan atau melokalisir saat diberi rangsangan nyeri (Nilai : 5)
- Menarik tubuh atau menghindar guna menjauhi stimulus saat diberi rangsangan nyeri (Nilai : 4)
- Fleksi abnormal, kedua tangan atau salah satu tangan menekuk bila diberi rangsangan nyeri (Nilai : 3)
- Extensi abnormal, tangan atau salah satu tangan bergerak lurus disisi tubuh bila diberi rangsangan nyeri (Nilai : 2)

- Tidak berespon (Nilai : 1)

Dengan menghitung GCS klien kita akan mengetahui klien berada pada kategori tingkat kesadaran yang mana. Penghitungan GCS sangat diperlukan dalam pendokumentasian Asuhan Keperawatan data klien. Semoga bermanfaat

Wednesday 6 September 2017

Penerimaan CPNS Tenaga Perawat di Lingkungan KemenKes CPNS 2017 Periode II

Penerimaan CPNS Tenaga Perawat di Lingkungan KemenKes CPNS 2017 Periode II

Penerimaan CPNS Tenaga Perawat di Lingkungan KemenKes CPNS 2017 Periode II

Pemerintah kembali membuka penerimaan CPNS 2017 periode ke-2. Informasi tsb diketahui melalui postingan penerimaan CPNS 2017 periode ke-2 pada akun twitter BKNgoid dan situs resmi kemenpan.

Pada postingan tersebut, BKN menginformasikan bahwa 61 instansi pemerintahan mulai membuka penerimaan CPNS 2017 periode ke-2.

Kementerian Kesehatan menjadi salah satu instansi yang akan menerima CPNS 2017 sebanyak 1000 formasi. Formasi yang paling banyak dibutuhkan oleh KemenKes ialah perawat baik DIII Keperawatan maupun S1 Keperawatan + Ners.

Untuk kebutuhan perawat DIII sebanyak 148 formasi dengan jenis formasi yaitu umum 111 formasi, cum laude 33 formasi dan putra-putri papua barat 4 formasi. Sedangkan untuk S1 Keperawatan + Ners membutuhkan sebanyak 115 formasi dengan jenis formasi yaitu umum 60 formasi, cum laude 55 formasi. Formasi tersebut akan ditempatkan di Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit serta Badan PPSDM Kesehatan. Pendaftaran online dimulai tanggal 11 September s.d 25 September 2017. Berikut beberapa gambar yang didapat dari situs resmi kemenpan :

Penerimaan CPNS Tenaga Perawat di Lingkungan KemenKes CPNS 2017 Periode II

Penerimaan CPNS Tenaga Perawat di Lingkungan KemenKes CPNS 2017 Periode II


Penerimaan CPNS Tenaga Perawat di Lingkungan KemenKes CPNS 2017 Periode II
Penerimaan CPNS Tenaga Perawat di Lingkungan KemenKes CPNS 2017 Periode II



Saturday 19 August 2017

SOP Perawatan Luka Episiotomi

SOP Perawatan Luka Episiotomi

SOP Perawatan Luka Episiotomi

Episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina guna mempermudah dalam proses persalinan.

Tujuan Perawatan Luka Perinium
- Mencegah terjadinya infeksi disekitar vulva, perineum, maupun didalam uterus
- Mempercepat proses penyembuhan luka perinium (jahitan perineum)
- Menjaga kebersihan perineum dan vulva
SOP Perawatan Luka Episiotomi
A. Fase Interaksi
1. Mengecek catatan medis dan perawatan
2. Mempersiapkan alat :
- Pinset anatomis 2 buah
- Pinset sirurgis 1 buah
- Kapas lemak dalam tempatnya
- Kassa steril dalam tempatnya
- Obat-obatan sesuai indikasi
- NaCl 0.9%
- Kom 1 buah
- Perlak + alas
- Hand scone steril 1 pasang
- Bengkok
- Selimut mandi

B. Fase Interaksi
3. Memberikan salam terapeutik
4. Melakukan evaluasi/validasi (tanyakan bagaimana perasaannya hari ini)
5. Melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik)
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
7. Menjaga privasi klien dengan memasang sampiran/skerem

C. Fase Kerja
8. Cuci tangan
9. Mengganti selimut klien dengan selimut mandi
10. Mengatur posisi klien dorsal rekumben
11. Meletakkan perlak + alas dibawah bokong klien, melepaskan pakaian dalam dan pembalut klien
12. Mengenakan hand scone steril
13. Mengangkat kassa yang sudah kotor dengan pinset
14. Membersihkan luka episiotomi dengan kapas lemak/ NaCl 0.9%
15. Mengkompres luka dengan obat sesuai terapi/ indikasi
16. Memasang kembali duk/ softex dan pakaian bawah klien
17. Membereskan alat
18. Merapihkan klien dan mengembalikan klien ke posisi yang nyaman
19. Mencuci tangan

D. Fase Terminasi
20. Mengevaluasi klien setelah dilakukan perawatan luka episiotomi
21. Memberikan reinforcement positif
22. Melakukan kontrak tindakan selanjutnya
23. Mendokumentasikan kondisi luka episiotomi

Semoga bermanfaat

Thursday 27 July 2017

SOP Pemeriksaan Kadar Gula Darah

SOP Pemeriksaan Kadar Gula Darah

SOP Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Pemeriksaan gula darah merupakan suatu tindakan keperawatan dengan menggunakan alat glukometer yang berguna untuk mengukur kadar gula darah klien dengan cara mengambil sedikit sampel darah klien dengan pen lancet lalu tuangkan pada stick glukometer yang sudah terpasang tunggu beberapa detik maka hasil gula darah klien akan muncul. Indikasi dilakukannya tes gula darah biasanya dilakukan pada klien dengan diabetes melitus yang ditandai dengan gejala trias p yaitu poliuri (sering kencing terutama di malam hari), polidipsi (cepat merasa haus) dan polifagi (cepat merasakan lapar).

A. Fase Pra Interaksi
1. Cek catatan medis dan perawatan
2. Persiapan alat :
- Glukometer
- Stick glukometer
- Jarum
- Kapas alkohol
- Bak steril
- Bengkok
- Hand scone


B. Fase Interaksi
3. Memberikan salam terapeutik (assalamu'alaikum bpk/ibu)
4. Melakukan evaluasi/validasi ( bagaimana perasaannya hari ini)
5. Melakukan kontrak topik, waktu, tempat (saya perawat x disini saya akan melakukan tindakan pemeriksaan gula darah, waktunya sekitar 10 menit, tempatnya disini saja)
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan (pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar gula darah anda, apakah bpk/ibu sudah siap)
7. Menjaga privasi klien

C. Fase Kerja
8. Cuci tangan
9. Gunakan hand scone
10. Pasang stick dan chip glukometer pada tempatnya dan pasang lancet ke pen lancet
11. Memilih lokasi penusukan lancet (ujung jari)
12. Melakukan desinfeksi pada lokasi yang sudah ditentukan
13. Menusuk pada daerah yang sudah ditentukan dengan pen lancet (jangan lupa mengatur kedalam penusukan pada pen lancet agar mengurangi rasa sakit pada klien)
14. Menekan secara perlahan pada daerah yang sudah ditusuk
15. Lalu tuangkan darah tersebut ke stick glukometer jika berbunyi tit maka bisa dipastikan glukometer sedang bekerja
16. Tunggu beberapa detik maka hasil gula darah akan muncul, catat hasil yang sudah terlihat di glukometer
17. Melepas dan membuang jarum serta stick glukometer yang sudah terpakai ke bengkok
18. Melepaskan hand scone, cuci tangan
19. Bereskan alat

D. Fase Terminasi
20. Mengevaluasi respon klien (bagaiman bpk/ibu perasaannya setelah dilakukan pemeriksaan gula darah)
21. Merencanakan rencana tindak lanjut (seperti dianjurkan melakukan diet DM)
22. Melakukan kontrak yang akan datang (topik, waktu dan tempat)
23. Mendokumentasikan tindakan dan respon klien

Wednesday 26 July 2017

SOP Memberikan Terapi Injeksi Insulin

SOP Memberikan Terapi Injeksi Insulin

SOP Memberikan Terapi Injeksi Insulin

Injeksi insulin merupakan suatu tindakan keperawatan dengan menyuntikkan insulin melalui intramuskular pada klien dengan diabetes melitus, dengan indikasi gula darah sewaktu >200mg/dl. Berguna untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus sehingga insulin yang ada di tubuh dapat bekerja secara maksimal.

A. Fase Pra Interaksi
1. Cek catatan medis dan perawatan
2. Persiapan alat :
- Spuit insulin (flex pen)
- Jarum steril
- Kapas alkohol
- Bak steril
- Bengkok
- Hand scone
- Baki dan alas

B. Fase Interaksi
3. Memberikan salam terapeutik (assalamu'alaikum bapak/ibu)
4. Melakukan evaluasi/validasi (bagaimana perasaannya hari ini)
5. Melakukan kontrak (topik, waktu, tempat)
6. Menerangkan tujuan dan prosedur tindakan
7. Menjaga privasi klien

C. Fase Kerja
8. Cuci tangan
9. Pakai hand scone
10. Putar dosis insulin sesuai instruksi
11. Melakukan 6 benar (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, benar dokumentasi)
12. Mengkaji identitas klien (cek nama pada gelang klien/ minta klien untuk menyebutkan namanya)
13. Memberikan posisi yang nyaman dan bantu klien dalam memilih posisi yang benar dan nyaman
14. Memilih lokasi penyuntikan
15. Lakukan disenfeksi area penyuntikan
16. Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk meregangkan area injeksi
17. Menggunakan tangan dominan untuk memegang flex pen dan tusukkan jarum dengan sudut 45͒ atau 90͒ dari permukaan kebawah dermis
18. Mengangkat jarum dengan cepat sambil menekan kulit dengan tangan non dominan
19. Memijat secara perlahan dengan kapas alkohol
20. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
21. Melepaskan sarung tangan
22. Membereskan alat
23. Cuci tangan

D. Fase Terminasi
24. Mengevaluasi respon klien
25. Memberikan rencana tindak lanjut
26. Melakukan kontrak selanjutnya
27. Mendokumentasikan tindakan dan respon klien

Monday 24 July 2017

Standar Operasional Prosedur Pemasangan NGT

Standar Operasional Prosedur Pemasangan NGT

Standar Operasional Prosedur Pemasangan NGT

Pemasangan NGT merupakan suatu tindakan keperawatan memasukkan selang ke hidung menuju lambung, yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi klien. Indikasi pemasangan NGT kepada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti ketidakmampuan dalam menelan, pasien dengan masalah saluran pencernaan atas seperti tumor mulut, faring, esofagus.

A. Fase Pre Interaksi
1. Mengecek program terapi medik (memastikan program pemasangan NGT ada di program terapi)
2. Persiapan alat :
- Selang NGT (ukuran sesuai kebutuhan)
- Spuit besar (50 ml)
- Jelly
- Stetoskop
- Plester
- Hand scone
- Bengkok
- Handuk kecil
- Normal salin (untuk irigasi saja)
- Kertas lakmus
- Kom berisi air

B. Fase Interaksi
3. Mengucapkan salam terapeutik (assalamu'alaikum bapak/ibu)
4. Melakukan evaluasi/validasi (bagaimana perasaannya hari ini)
5. Melakukan kontrak (topik, waktu, tempat)
6. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan
7. Menjaga privasi klien

C. Fase Kerja
8. Cuci tangan
9. Pakai hand scone
10. Menyiapkan alat didekat klien
11. Menempatkan klien dengan posisi fowler atau semi fowler
12. Memasang handuk kecil diatas dada klien
13. Membuka bungkus selang NGT
14. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan cara luruskan selang mulai dari processus xipoideus menuju batang hidung lalu ke telinga atau bisa saja langsung dilanjutkan ke frontal
15. Menekuk atau menandai hasil pengukuran tersebut
16. Memberi jelly dari ujung NGT sampai batas pengukuran
17. Meminta klien untuk relaks dan bernapas normal, memasukkan selang perlahan tapi tegas meminta klien sambil menelan
18. Masukkan selang sampai batas yang ditandai
19. Mengecek ketepatan :
- Menyambungkan spuit 50 ml dengan ujung NGT menempatkan stetoskop pada kuadran kiri atas abdomen, memasukkan 10-20 ml udara dengan cepat sambil di auskultasi
- Mengaspirasi secara perlahan melalui jarum dan cek keasamannya dengan menggunakan kertas lakmus, jika NGT tidak di lambung masukkan kembali 2-5 cm lagi dan cek kembali
20. Memfiksasi selang pada hidung dengan plester
21. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman
22. Merapihkan dan membersihkan alat

D. Fase Terminasi
23. Mencuci tangan
24. Mengevaluasi respon klien
25. Merencanakan tindak lanjut
26. Melakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat, topik)
27. Melakukan dokumentasi tindakan dan hasil


Catatan : JANGAN MEMASUKKAN SELANG JIKA TERASA ADA TAHANAN.
- Jika klien batuk, bersin, menghentikan dulu lalu mengulangi lagi dan menganjurkan klien untuk tarik nafas
- Jika tetap ada tahanan menarik perlahan dan memasukkan ke lubang hidung yang lain lalu masukkan kembali secara perlahan
- Jika klien terlihat akan muntah, menarik selang dan menginspeksi tenggorokan lalu melanjutkan memasukkan selang secara bertahap
 

Ad Placement