Showing posts with label Keperawatan. Show all posts
Showing posts with label Keperawatan. Show all posts

Saturday 14 July 2018

SOP Pengambilan Sampel Analisa Gas Darah (AGD)

SOP Pengambilan Sampel Analisa Gas Darah (AGD)


analisa gas darah agd

Analisa gas darah (AGD) dilakukan guna menilai tingkat keseimbangan asam dan basa, serta mengetahui kondisi/keadaan fungsi pernafasan, kardiovaskuler dan menilai kondisi/keadaan fungsi metabolisme tubuh. Sampel darah pada AGD ini diambil dari pembuluh darah arteri.

Tujuan : Untuk menilai dan mengetahui keseimbangan asam basa dalam tubuh dan tindakan yang akan dilakukan.

Indikasi :
1. Tindakan analisa gas darah ditujukan pada pasien dengan sebagai berikut:
a. Obstruktif kronik pulmonari,
b. Edema pulmonari,
c. Sindrom distres respiratori akut,
d. Infark myocardial,
e. Pneumonia.
2. AGD juga diberikan pada pasien yang sedang syok dan setelah melakukan pembedahan bypass arteri koronaria.
3. Pasien yang mengalami resusitasi dari penyumbatan atau penghambatan kardiak.
4. Pasien yang mengalami perubahan dalam status pernapasan dan terapi pernapasan, serta anesthesia.

Kontraindikasi :
Pada pasien yang daerah arterialnya mengalami: Amputasi, contractures, infeksi, dibalut dan cast, mastektomi, serta arteriovenous shunts.

SOP Analisa Gas Darah
1. Persiapan Alat :
a. Spuit : dewasa spuit 3 cc, anak – anak : wing nedle
b. Kassa steril
c. Alkohol 70%
d. Sarung tangan
e. Bengkok
f. Tube heparin
2. Cara Kerja :
a. Cuci tangan (sesuai sop cuci tangan)
b. Identifikasi pasien
c. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
d. Pasang tabir di sekeliling tempat tidur pasien,bawa peralatan ke dekat pasien.
e. Catat jumlah oksigen yang diberikan.
f. Pakai sarung tangan.
g. Raba arteri radialis, branchialis atau femoralis dan fiksasi.
h. Desinfeksi lokasi pungsi dengan kapas alkohol.
i. Suntikkan Jarum ke arteri radialis dengan sudut antara 45 - 90 derajat.
j. Pastikan jarum masuk dalam arteri. Pada saat jarum masuk ke dalam pembuluh arteri, darah akan terisap sendiri tanpa spuit diisap dan warna darah yang keluar ialah merah terang.
k.  Setelah darah terhisap (kira – kira 3 cc) tarik spuit dan tekan bekas tusukan arteri 5 – 10 menit dengan kasa steril. Bila pasien mendapat heparin tekan selama 15 menit.
l. Masukkan darah dalam tube heparin
m. Observasi adanya hematoma.
n. Beri etiket identifikasi pada tube
o. pantau tanda-tanda vital dan sirkulasi
p. Bereskan alat.
q. Cuci tangan.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan :
1.    Faktor yang menyebabkan kontra indikasi dalam penggunaan tindakan analisa gas darah ini, meliputi amputasi, kontraktur, tempat atau area infeksi, balutan, mastektomi, atau arteriovenous shunts.
2.    Lakukan tes Allen sebelum memulai mengambil contoh darah dari arteri.
3.    Area injeksi yang sebelumnya atau kondisi yang sesudahnya mungkin dapat mengeliminasikan menjadi area potensial.
4.    Perawat berperan untuk memberikan penkes kepada pasien untuk segera melapor jika terjadi kelumpuhan atau mati rasa, serta rasa terbakar di sekitar tangan tepatnya di daerah yang diinjeksi, yaitu arteri radial.

Monday 29 January 2018

SOP Perawatan Luka Bakar

SOP Perawatan Luka Bakar

Perawatan Luka Bakar

Perawatan Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu kondisi terjadinya luka yang diakibatkan suhu yang terlalu panas hingga menyebabkan kerusakan pada jaringan. Penyebab luka bakar disebabkan oleh api, sinar matahari, air panas, bahan kimia, listrik, gesekan, radiasi, ledakan dan sumber energi panas lainnya.

Luas luka bakar
Untuk menentukan resusitasi cairan atau pengembalian cairan pada pasien luka bakar dibutuhkan penghitungan luas luka bakar dengan rumus “rule of nine” yaitu penghitungan luas luka bakar berdasarkan daerah luka bakar dengan memberi nilai dalam bentuk persen.

Perawatan Luka Bakar rule of nine

Jika luas luka bakar sudah diketahui gunakan rumus baxter untuk menentukan kebutuhan cairan pasien luka bakar, yaitu 4cc x Luas luka bakar x BB (berat badan).

Grade luka bakar
Grade I
Kerusakan jaringan yang terjadi ringan atau terbatas, hanya mengenai lapisan epidermis, secara klinis kulit terlihat kemerahan, kering dan terasa sakit.
Grade II
Kerusakan jaringan yang terjadi mengenai sebagian dermis, kelenjar keringat dan folikel rambut tetap utuh. Secara klinis kulit tampak kekuningan/merah, basah, adanya bula, dan terasa sakit.
Grade II dalam
Kerusakan jaringan yang terjadi mengenai sebagian dermis hingga folikel rambut, kelenjar keringan tetap utuh, kulit tampak kuning/merah, terasa sakit dan adanya bula.
Grade III
Kerusakan jaringan yang terjadi mengenai seluruh lapisan dermis, secara klinis kulit tampak coklat, putih, hingga hitam, kering dan tidak sakit karena ujung-ujung saraf sudah mengalami kerusakan.

SOP Perawatan Luka Bakar
Fase prainteraksi
Mengecek catatan medis dan perawatan
Cuci tangan
Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
a. Satu set perawatan luka berisi : pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting jaringan, kom kecil 2 buah.
b. Kassa steril
c. Obat-obatan yang diperlukan antibiotik topikal (perak sulfadiazine)
d. Sepasang sarung tangan bersih dan steril
e. Plester/ hipafix dan gunting plester
f. Perban gulung
g. NaCl 0.9%
h. Spuit 3 cc 1 buah
i. Larutan desinfektan dalam tempatnya
j. Masker
k. Perlak atau pengalas
l. Bengkok, kantong sampah medis

Fase interaksi
Memberikan salam terapeutik (assalamu’alaikum/ selamat pagi)
Melakukan evaluasi/validasi (bagaimana perasaannya hari ini)
Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik)
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

Fase kerja
1. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
2. Pertahankan privasi pasien selama tindakan
3. Cuci tangan, pakai hand scone bersih
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin
5. Pasang alas dibawah luka dan dekatkan bengkok
6. Lepas balutan dengan pinset dan gunting plester
7. Kaji kondisi luka pasien (luas luka, grade luka, ada tanda-tanda infeksi atau tidak, dst)
8. Lepaskan sarung tangan bersih dengan menarik dari dalam keluar
9. Set up peralatan steril, membuka peralatan dan siapkan cairan yang diperlukan
10. Kenakan sarung tangan steril
11. Bersihkan luka sesuai dengan kondisi luka tetap steril dengan menggunakan kassa basah yang dibasahi dengan NaCl 0.9% dimulai dari dalam menuju keluar
12. Bersihkan jaringan nekrotik atau bersihkan dengan gunting nekrotomi, apabila terdapat bula sedot dengan spuit (bula tidak boleh dipecahkan)
13. Olesi luka dengan antibiotik topikal (jika grade I-II) kemudian bisa langsung dibalut dengan kassa kering tanpa menggunakan kassa lembab, untuk luka grade III balut dengan kassa lembab ditambah dengan kassa kering.
14. Balut luka dengan kassa gulung dari bagian distal ke proksimal
15. Lepaskan sarung tangan, kemudian fiksasi balutan dengan hipafix
16. Rapikan dan atur posisi pasien senyaman mungkin

Fase terminasi
Evaluasi respon dan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
Rencana tindak lanjut
Kontrak yang akan datang

Cuci tangan, kemudian dokumentasikan kegiatan/tindakan

Semoga bermanfaat, salam CaPer

Monday 6 November 2017

Cara Menghitung GCS Penilaian Glasgow Coma Scale

Cara Menghitung GCS Penilaian Glasgow Coma Scale

cara menghitung gcs

Glasgow Coma Scale atau yang sering kita dengar dengan sebutan GCS ini sudah tidak asing lagi di dunia keperawatan dimana GCS ini digunakan sebagai kategori tingkat kesadaran seseorang dengan skala-skala tertentu. Teknik penilaian GCS ini menggunakan tiga poin penilaian yaitu mata, verbal dan motorik, dengan nilai maksimal E : 4 V : 5 M : 6 dengan total GCS : 15 (composmentis).

GCS mempunyai 7 kriteria tingkat kesadaran sebagaimana berikut :
1. Composmentis, dengan nilai GCS 14 – 15
Yaitu suatu kondisi dengan kesadaran penuh baik terhadap lingkungan maupun dirinya serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan perawat dengan baik.
2. Apatis, dengan nilai GCS 12 – 13
Yaitu suatu kondisi seseorang tampak acuh tak acuk terhadap lingkungan disekitarnya.
3. Delirium, dengan nilai GCS 10 – 11
Yaitu suatu kondisi seseorang dengan kekacauan gerak atau motorik, tampak gaduh dan gelisah, siklus tidur yang terganggu, disorientasi, kacau hingga meronta-ronta.
4. Somnolen, dengan nilai GCS 7 – 9
Yaitu suatu kondisi seseorang mengantuk yang masih bisa sadar jika dirangsang, namun jika rangsangan berhenti akan tidur kembali.
5. Sopor/ stupor, dengan nilai GCS 5 – 6
Yaitu suatu kondisi seseorang dengan mengantuk yang dalam, yang masih dapat dibangunkan dengan rangsangan yang kuat seperti nyeri, namun tidak dapat bangun dengan sempurna serta tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik.
6. Semi coma, dengan nilai GCS 4
Yaitu suatu kondisi seseorang dengan penurunan kesadaran dengan tidak memberikan respon dari pertanyaan, tidak bisa dibangunkan sama sekali, respon dengan nyeri hanya sedikit namun reflek pupil dan kornea masih baik.
7. Coma, dengan nilai GCS 3
Yaitu suatu kondisi seseorang dengan penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak berespon terhadap rangsangan nyeri dan tidak ada gerakan.


Cara Penilaian GCS
Respon membuka mata (Eye), dengan kode “E”
- Berespon dengan spontan tanpa adanya stimulus atau rangsangan (Nilai : 4)
- Berespon terhadap verbal, dengan menginstruksikan membuka mata (Nilai : 3)
- Berespon terhadap nyeri, bisa dengan dicubit (Nilai : 2)
- Tidak berespon (Nilai : 1)
Respon Verbal, dengan kode “V”
- Orientasi baik dan bicara jelas (Nilai : 5)
- Meracau, berbicara berulang-ulang, bingung dan disorientasi tempat dan waktu (Nilai : 4)
- Mengucapkan perkataan yang tidak jelas (Nilai : 3)
- Mengerang (Nilai : 2)

- Tidak berespon (Nilai : 1)
Respon Motorik, dengan kode “M”
- Gerakan mengikuti perintah perawat (Nilai : 6)
- Menjangkau dan menjauhkan atau melokalisir saat diberi rangsangan nyeri (Nilai : 5)
- Menarik tubuh atau menghindar guna menjauhi stimulus saat diberi rangsangan nyeri (Nilai : 4)
- Fleksi abnormal, kedua tangan atau salah satu tangan menekuk bila diberi rangsangan nyeri (Nilai : 3)
- Extensi abnormal, tangan atau salah satu tangan bergerak lurus disisi tubuh bila diberi rangsangan nyeri (Nilai : 2)

- Tidak berespon (Nilai : 1)

Dengan menghitung GCS klien kita akan mengetahui klien berada pada kategori tingkat kesadaran yang mana. Penghitungan GCS sangat diperlukan dalam pendokumentasian Asuhan Keperawatan data klien. Semoga bermanfaat

Thursday 27 July 2017

SOP Pemeriksaan Kadar Gula Darah

SOP Pemeriksaan Kadar Gula Darah

SOP Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Pemeriksaan gula darah merupakan suatu tindakan keperawatan dengan menggunakan alat glukometer yang berguna untuk mengukur kadar gula darah klien dengan cara mengambil sedikit sampel darah klien dengan pen lancet lalu tuangkan pada stick glukometer yang sudah terpasang tunggu beberapa detik maka hasil gula darah klien akan muncul. Indikasi dilakukannya tes gula darah biasanya dilakukan pada klien dengan diabetes melitus yang ditandai dengan gejala trias p yaitu poliuri (sering kencing terutama di malam hari), polidipsi (cepat merasa haus) dan polifagi (cepat merasakan lapar).

A. Fase Pra Interaksi
1. Cek catatan medis dan perawatan
2. Persiapan alat :
- Glukometer
- Stick glukometer
- Jarum
- Kapas alkohol
- Bak steril
- Bengkok
- Hand scone


B. Fase Interaksi
3. Memberikan salam terapeutik (assalamu'alaikum bpk/ibu)
4. Melakukan evaluasi/validasi ( bagaimana perasaannya hari ini)
5. Melakukan kontrak topik, waktu, tempat (saya perawat x disini saya akan melakukan tindakan pemeriksaan gula darah, waktunya sekitar 10 menit, tempatnya disini saja)
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan (pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar gula darah anda, apakah bpk/ibu sudah siap)
7. Menjaga privasi klien

C. Fase Kerja
8. Cuci tangan
9. Gunakan hand scone
10. Pasang stick dan chip glukometer pada tempatnya dan pasang lancet ke pen lancet
11. Memilih lokasi penusukan lancet (ujung jari)
12. Melakukan desinfeksi pada lokasi yang sudah ditentukan
13. Menusuk pada daerah yang sudah ditentukan dengan pen lancet (jangan lupa mengatur kedalam penusukan pada pen lancet agar mengurangi rasa sakit pada klien)
14. Menekan secara perlahan pada daerah yang sudah ditusuk
15. Lalu tuangkan darah tersebut ke stick glukometer jika berbunyi tit maka bisa dipastikan glukometer sedang bekerja
16. Tunggu beberapa detik maka hasil gula darah akan muncul, catat hasil yang sudah terlihat di glukometer
17. Melepas dan membuang jarum serta stick glukometer yang sudah terpakai ke bengkok
18. Melepaskan hand scone, cuci tangan
19. Bereskan alat

D. Fase Terminasi
20. Mengevaluasi respon klien (bagaiman bpk/ibu perasaannya setelah dilakukan pemeriksaan gula darah)
21. Merencanakan rencana tindak lanjut (seperti dianjurkan melakukan diet DM)
22. Melakukan kontrak yang akan datang (topik, waktu dan tempat)
23. Mendokumentasikan tindakan dan respon klien

Wednesday 26 July 2017

SOP Memberikan Terapi Injeksi Insulin

SOP Memberikan Terapi Injeksi Insulin

SOP Memberikan Terapi Injeksi Insulin

Injeksi insulin merupakan suatu tindakan keperawatan dengan menyuntikkan insulin melalui intramuskular pada klien dengan diabetes melitus, dengan indikasi gula darah sewaktu >200mg/dl. Berguna untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus sehingga insulin yang ada di tubuh dapat bekerja secara maksimal.

A. Fase Pra Interaksi
1. Cek catatan medis dan perawatan
2. Persiapan alat :
- Spuit insulin (flex pen)
- Jarum steril
- Kapas alkohol
- Bak steril
- Bengkok
- Hand scone
- Baki dan alas

B. Fase Interaksi
3. Memberikan salam terapeutik (assalamu'alaikum bapak/ibu)
4. Melakukan evaluasi/validasi (bagaimana perasaannya hari ini)
5. Melakukan kontrak (topik, waktu, tempat)
6. Menerangkan tujuan dan prosedur tindakan
7. Menjaga privasi klien

C. Fase Kerja
8. Cuci tangan
9. Pakai hand scone
10. Putar dosis insulin sesuai instruksi
11. Melakukan 6 benar (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, benar dokumentasi)
12. Mengkaji identitas klien (cek nama pada gelang klien/ minta klien untuk menyebutkan namanya)
13. Memberikan posisi yang nyaman dan bantu klien dalam memilih posisi yang benar dan nyaman
14. Memilih lokasi penyuntikan
15. Lakukan disenfeksi area penyuntikan
16. Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk meregangkan area injeksi
17. Menggunakan tangan dominan untuk memegang flex pen dan tusukkan jarum dengan sudut 45͒ atau 90͒ dari permukaan kebawah dermis
18. Mengangkat jarum dengan cepat sambil menekan kulit dengan tangan non dominan
19. Memijat secara perlahan dengan kapas alkohol
20. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
21. Melepaskan sarung tangan
22. Membereskan alat
23. Cuci tangan

D. Fase Terminasi
24. Mengevaluasi respon klien
25. Memberikan rencana tindak lanjut
26. Melakukan kontrak selanjutnya
27. Mendokumentasikan tindakan dan respon klien

Monday 24 July 2017

Standar Operasional Prosedur Pemasangan NGT

Standar Operasional Prosedur Pemasangan NGT

Standar Operasional Prosedur Pemasangan NGT

Pemasangan NGT merupakan suatu tindakan keperawatan memasukkan selang ke hidung menuju lambung, yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi klien. Indikasi pemasangan NGT kepada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti ketidakmampuan dalam menelan, pasien dengan masalah saluran pencernaan atas seperti tumor mulut, faring, esofagus.

A. Fase Pre Interaksi
1. Mengecek program terapi medik (memastikan program pemasangan NGT ada di program terapi)
2. Persiapan alat :
- Selang NGT (ukuran sesuai kebutuhan)
- Spuit besar (50 ml)
- Jelly
- Stetoskop
- Plester
- Hand scone
- Bengkok
- Handuk kecil
- Normal salin (untuk irigasi saja)
- Kertas lakmus
- Kom berisi air

B. Fase Interaksi
3. Mengucapkan salam terapeutik (assalamu'alaikum bapak/ibu)
4. Melakukan evaluasi/validasi (bagaimana perasaannya hari ini)
5. Melakukan kontrak (topik, waktu, tempat)
6. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan
7. Menjaga privasi klien

C. Fase Kerja
8. Cuci tangan
9. Pakai hand scone
10. Menyiapkan alat didekat klien
11. Menempatkan klien dengan posisi fowler atau semi fowler
12. Memasang handuk kecil diatas dada klien
13. Membuka bungkus selang NGT
14. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan cara luruskan selang mulai dari processus xipoideus menuju batang hidung lalu ke telinga atau bisa saja langsung dilanjutkan ke frontal
15. Menekuk atau menandai hasil pengukuran tersebut
16. Memberi jelly dari ujung NGT sampai batas pengukuran
17. Meminta klien untuk relaks dan bernapas normal, memasukkan selang perlahan tapi tegas meminta klien sambil menelan
18. Masukkan selang sampai batas yang ditandai
19. Mengecek ketepatan :
- Menyambungkan spuit 50 ml dengan ujung NGT menempatkan stetoskop pada kuadran kiri atas abdomen, memasukkan 10-20 ml udara dengan cepat sambil di auskultasi
- Mengaspirasi secara perlahan melalui jarum dan cek keasamannya dengan menggunakan kertas lakmus, jika NGT tidak di lambung masukkan kembali 2-5 cm lagi dan cek kembali
20. Memfiksasi selang pada hidung dengan plester
21. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman
22. Merapihkan dan membersihkan alat

D. Fase Terminasi
23. Mencuci tangan
24. Mengevaluasi respon klien
25. Merencanakan tindak lanjut
26. Melakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat, topik)
27. Melakukan dokumentasi tindakan dan hasil


Catatan : JANGAN MEMASUKKAN SELANG JIKA TERASA ADA TAHANAN.
- Jika klien batuk, bersin, menghentikan dulu lalu mengulangi lagi dan menganjurkan klien untuk tarik nafas
- Jika tetap ada tahanan menarik perlahan dan memasukkan ke lubang hidung yang lain lalu masukkan kembali secara perlahan
- Jika klien terlihat akan muntah, menarik selang dan menginspeksi tenggorokan lalu melanjutkan memasukkan selang secara bertahap

Saturday 22 July 2017

SOP Perawatan Kolostomi

SOP Perawatan Kolostomi

SOP Perawatan Kolostomi

A. Fase Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi medik (validasi apakah benar tindakan yang akan dilakukan tertera di program terapi medik)
2. Persiapan Alat
- Cairan Fisiologis NaCl 0.9%
- Alat pembersih (tisu, air hangat, sabun, washlap, kapas sublimat, handuk)
- Kantung kolostomi sesuai tipe
- Kasa
- Pinset anatomis
- Cairan pelindung periostoma (skin barrier)
- Gunting verban
- Verban
- Sarung tangan bersih
- Perlak
- Bengkok

B. Fase Interaksi
3. Memberikan salam terapeutik (assalamu'alaikum Bapak/Ibu)
4. Melakukan validasi (bagaimana perasaannya hari ini)
5. Melakukan kontrak (topik, tempat, waktu)
6. Menjelaskan tujuan dari prosedur tindakan yang akan dilakukan
7. Menjaga privasi klien

C. Fase Kerja
8. Menghindari prosedur pada jam makan, waktu berkunjung atau sesaat setelah pemberian obat
9. Cuci tangan
10. Pakai sarung tangan bersih
11. Berkomunikasi selama prosedur pada jam makan, waktu berkunjung, sesaat setelah pemberian obat
12. Kaji tipe ostomi dan lokasi ostomi
13. Jika tersedia bedpan, anda bisa mengosongkan kantung kolostomi tersebut terlebih dahulu
14. Kaji integritas kulit disekitar stoma
15. Catat jumlah dan karakteristik material fekal atau urine didalam kantung ostomi
16. Gunakar pencukur apabila rambut atau bulu sudah mulai tumbuh
17. Gunakan kapas alkohol atau kasa NaCl untuk melepaskan kantung kolostomi bila diperlukan
18. Lepaskan kantung kolostomi secara perlahan sambil menekan kulit
19. Gunakan tisu untuk mengangkat feses yang menempel
20. Gunakan air hangat, sabun dan gulungan kapas atau washlap dan handuk untuk membersihkan kulit dan stoma secara perlahan
21. Bisa menggunakan pembersih kulit khusus untuk mengangkat feses yang keras
22. Keringkan kulit menggunakan handuk
23. Inspeksi stoma; warna, ukuran, bentuk dan perdarahan bila ada
24. Inspeksi periostoma bila ada kemerahan, ulkus dan iritasi
25. Letakkan kasa pada stoma untuk menyerap cairan
26. Jangan lupa angkat kasa sebelum memasang kantung kolostomi yang baru
27. Gunakan pasta pada area stoma sebagai skin barrier
28. Biarkan pasta mengering 1-2 menit
29. Gunakan petunjuk dibelakang kantung kolostomi untuk mengukur stoma
30. Pada bagian belakang kantung kolostomi lubangi dengan gunting verban sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan sebelumnya (bila sudah tersedia ukurannya bisa langsung dipotong tanpa menggunakan gunting verban)
31. Lepaskan kertas pelindung perekat yang ada dibelakang kantung kolostomi
32. Letakkan deodorant kedalam kantung kolostomi bila tersedia
33. Letakkan dibagian tengah, tekan secara merata pada sekitar kulit, hilangkan kerutanatau gelembung udara dari arah stoma kebagian luar
34. Buang udara dengan cara melonggarkan bagian pembuangan, bila tidak ada maka udara dibuang sebelum direkatkan
35. Fiksasi kantung kolostomi
36. Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
37. Catat tanggal, waktu dan jumlah cairan, warna, keadaan kulit dan periostoma

D. Fase Terminasi
38. Mengevaluasi respon klien (bagaimana perasaannya setelah dilakukan perawatan kolostomi)
39. Rencana tindak lanjut , seperti klien dianjurkan jangan banyak beraktivitas terlebih dahulu
40. Melakukan kontrak yang akan datang (topik, tempat, waktu)
41. Melakukan pendokumentasian


Semoga bermanfaat "Bangga Merawat Bangsa"

Tuesday 4 July 2017

SOP Perawatan Luka

SOP Perawatan Luka

SOP Perawatan Luka

Sebelumnya sudah ada yang mengerti bagaimana SOP Perawatan Luka ? Kali ini admin akan membagikan informasi yaitu SOP Perawatan Luka. Sebelum kita ke inti pembahasan, mari kita mulai dari pengertian terlebih dahulu.

Pengertian
Suatu prosedur membalut luka untuk membantu proses penyembuhan luka.

Tujuan
1. Mengurangi atau menghilangkan jaringan mati (nekrotik) & sekresi yang terjadi pada luka insisi.
2. Mempercepat proses penyembuhan luka.
3. Mengurangi resiko terjadinya infeksi.

Pengkajian yang perlu dilakukan
1. Mengkaji adanya riwayat alergi plester ataupun obat.
2. Mengkaji luas, lokasi & kondisi luka insisi.
3. Mengkaji program instruksi medik terkait prosedur perawatan luka, frekuensi ganti balutan & tipe balutan.

SOP Perawatan Luka
A. Fase Prainteraksi
1. Mengecek catatan medis dan perawatan.
2. Cuci tangan.
3. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan sesuai dengan kondisi luka.
Alat Steril : 
Ø Bak instrumen.
Ø Pinset anatomis.
Ø Pinset cirurgis.
Ø Arteri klem.
Ø Kapas lidi.
Ø Depper.
Ø Gunting lurus.
Ø Gunting up heacting.
Ø Kom tutup.
Ø Kassa steril.
Ø Perban gulung dalam tromol.
Ø Korentang beserta tempatnya.
Ø Hand scone steril.
Alat Bersih :
Ø Bak instrumen.
Ø Hand scone bersih.
Ø Gunting perban.
Ø Pinset anatomi bersih.
Ø Plester.
Ø Perban gulung atau elastis perban.
Ø Kapas alkohol dalam tempatnya.

B. Fase Interaksi
4. Memberikan salam terapeutik (Assalamu’alaikum Bpk/Ibu).
5. Melakukan evaluasi/validasi (Bagaimana perasaannya hari ini).
6. Melakukan kontrak (waktu, tempat & topik).
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
8. Menjaga privasi klien dengan memasang schrem atau penghalang.

C. Fase Kerja
9. Cuci tangan dan pasang sarung tangan bersih.
10. Mengatur posisi pasien.
11. Mempersiapkan dan meletakkan alat didekat pasien.
12. Perawat mencuci tangan.
13. Pasang alas/perlak dibawah luka.
14. Letakkan bengkok dekat dengan area luka yang akan dirawat.
15. Gunakan pinset untuk mengangkat balutan lama, sebelumnya jangan lupa menggunakan kapas alkohol untuk membuka plester dan buang dalam bengkok.
16. Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan steril.
17. Lepaskan hand scone bersih.
18. Set up peralatan, membuka peralatan steril & siapkan cairan yang diperlukan.
19. Kenakan hand scone steril.
20. Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, integritas jahitan, karakter drainase.
21. Bersihkan luka dengan larutan NaCl 0,9% pegang kassa yang telah dibasahi larutan NaCl dengan pinset. Gunakan kassa untuk sekali usap, bersihkan dari daerah yang kurang terkontaminasi ke daerah yang terkontaminasi.
22. Lakukan nekrotomi jika ada jaringan nekrosis.
23. Membilas luka dengan larutan NaCl 0,9%.
24. Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau insisi.
25. Berikan obat jika dipesankan.
26. Tutup luka dengan kassa steril yang telah diberi larutan steril lalu dilapisi lagi dengan kassa kering.
27. Lepaskan hand scone.
28. Pasang plester.
29. Bantu pasien untuk posisi yang nyaman.
30. Rapikan alat-alat.
31. Cuci tangan.

D. Fase Terminasi
32. Mengevaluasi klien setelah ganti balutan.
33. Rencana tindak lanjut.
34. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
35. Pendokumentasian kondisi luka.
Semoga Bermanfaat. Salam SUPER

Monday 29 May 2017

Prosedur Tindakan Nebulizer

Prosedur Tindakan Nebulizer

Prosedur Tindakan Nebulizer

Definisi Nebulizer
Nebulizer adalah suatu alat yang mengubah obat dalam bentuk larutan menjadi uap atau aerosol secara berkesinambungan/terus-menerus dengan menggunakan tenaga listrik yang berguna dalam penggunaan obat secara inhalasi atau penghirupan melalui tarik nafas dalam.
Nebulizer adalah alat medis yang digunakan untuk terapi pengobatan dalam bentuk penguapan yang merupakan suatu cara pemberian terapi pengobatan melalui pernafasan/inhalasi . Kegunaannya sama seperti dengan pemberian obat lainnya tetapi mempunyai daya kualitas/effectivitas pengobatan lebih tinggi dibandingkan melalui oral/mulut. Sebagai contoh pada yang biasanya proses penyembuhan flu memakan waktu selama 1 minggu, dengan terapi nebulizer ini dapat sembuh dalam 3 hari.
Cara kerja terapi nebulizer ini melalui penguapan dengan cara obat-obat yang dilarutkan dalam bentuk cairan kemudian diisikan ke dalam face mask nebulizer. Nebulizer mengubah partikel-partikel tersebut menjadi uap yang dapat dihirup sehingga langsung menuju paru-paru yang mampu menghancurkan mukus/dahak.

Tujuan Pemberian Nebulizer
- Untuk mengencerkan dahak/mukus
- Untuk mengurangi sesak pada penderita asma
- Untuk mengurangi/menghilangkan bronkospasme

Cara Kerja Nebulizer
Cara kerja Nebulizer yaitu dengan cara penguapan. Jadi obat-obatan yang diracik (berupa cairan) lalu dimasukan ketabungnya yang ada di face mask Nebulizer lalu dengan bantuan daya listrik menghasilkan uap yang dapat dihirup melalui face mask Nebulizer. Penguapan ini tidak berbau, jadi rasanya seperti bernapas seperti biasanya. Terapi penguapan ini memakan waktu kurang lebih sekitar 5-10 menit, biasanya diberikan 3-4 kali dalam sehari (sesuai dengan jadwal pemberian obat yang sudah ditentukan). Nebulizer dapat digunakan sejak bayi 0 bulan ataupun anak-anak (toddler/kids) hingga dewasa.
Pengobatan melalui Nebulizer ini lebih efektif dari obat-obatan yang dikonsumsi melalui oral, karena dapat langsung dihirup sehingga langsung masuk ke paru-paru, dosis yang dibutuhkan pun lebih kecil, dan otomatis juga lebih aman. Nebulizer juga biasanya dipakai pada anak asma atau yang memang sering batuk atau pilek berat karena flu maupun alergi.

Prosedur Tindakan Nebulizer
Gambar I. Terlihat uap yang keluar dari masker Nebulizer


Indikasi
Indikasi dilakukannya Nebulizer sebagaimana berikut :
- Batuk, untuk mengeluarkan lender yang ada di paru-paru , untuk mengencerkan dahak
- Pilek /hidung tersumbat, untuk melancarkan saluran pernafasan
- Asma dan Sinusitis, untuk melonggarkan saluran napas dan mengencerkan dahak
- Alergi yang menyebabkan batuk-batuk, pilek, dan yang menjurus ke serangan sinusitis/asma

Kontraindikasi Nebulizer
Pada penderita trakeostomi atau pada fraktur didaerah hidung

Obat-obatan Untuk Nebulizer
- Ventolin ialah obat yang lazim digunakan pada penderita asma dan penyakit PPOK
- Pulmicort ialah suatu kombinasi antara anti radang dan obat yang melonggarkan saluran napas
- Nacl juga bisa digunakan untuk mengencerkan dahak
- Inflamid sebagai obat untuk anti radang pada saluran pernafasan
- Combiven suatu obat kombinasi sebagai obat bronkospasme (melonggarkan saluran napas)
- Meptin sebagai obat bronkospasme (melonggarkan saluran napas)
- Bisolvon cair sebagai obat mengencerkan dahak
- Atroven sebagai obat bronkospasme (melonggarkan saluran napas)
- Berotex sebagai obat bronkospasme (melonggarkan saluran napas)

Macam-macam Nebulizer
- Nebulizer Mini
Meupakan alat genggam yang dapat menyemburkan medikasi atau agens pelembab, seperti agens bronkodilator (melonggarkan jalan nafas) atau mukolitik (pengencer dahak) yang menjadikan partikel mikroskopik kemudian mengirimkannya kedalam paru-paru ketika pasien menghirup napas.
- Nebulizer Jet-Aerosol
Merupakan Nebulizer yang menggunakan kompressor sehingga dapat menekan udara atau oksigen untuk bergerak lebih cepat dalam kecepatan tinggi sehingga memecah cairan obat kedalam bentuk partikel-partikel uap atau aerosol.
- Nebulizer Ultrasonik
Merupakan Nebulizer yang menggunakan getaran dalam frekuensi yang tinggi untuk memecah obatan dalam bentuk cair menjadi partikel-partikel halus berupa uap.

Standar Operasional Prosedur Tindakan Nebulizer
A. Fase Pra Interaksi
1. Cek catatan medis dan perawatan
2. Persiapkan alat :
- Masker inhalasi
- Obat inhalasi
- Bengkok
- Tissue
- Mesin Nebulizer atau tabung oksigen lengkap
- Kassa secukupnya
- Handscone

B. Fase Interaksi
3. Memberikan salam terapeutik (assalamu’alaikum pak/bu)
4. Melakukan evaluasi/validasi (Bagaimana perasaannya hari ini)
5. Melakukan kontrak ; waktu, tempat, topic (disini saya akan melakukan tindakan nebulizer yaitu nanti saya akan pasang alat berupa seperti masker yang akan ditempelkan ke bagian hidung, alat tersebut akan menghasilkan uap yang akan coba bapak hirup nantinya, pemasangan ini dilakukan karena bapak/ibu terlihat sesak dengan pemasangan alat  ini akan mengurangi sesak bapak/ibu tempatnya disini saja kurang lebih waktunya 15 menit)
6. Menjaga privasi klien

C. Fase Kerja
7. Cuci tangan
8. Gunakan handscone
9. Atur posisi klien
10. Hubungkan kabel power Nebulizer ke terminal listrik, pastikan bahwa mesin Nebulizer menyala
11. Masukkan obat sesuai dosis yang dibutuhkan kedalam face mask Nebulizer lalu tutup kembali dengan cara diputar

Prosedur Tindakan Nebulizer
Gambar II. Cara memasukkan obat kedalam tabung masker Nebulizer

12. Monitor uap atau obat (dengan cara hidupkan mesin Nebulizer lihat apakah sudah ada uap yang keluar dari face mask Nebulizer)
13. Mengenakan face mask Nebulizer dengan benar kepada klien
14. Menanyakan kepada klien apakah sesaknya mulai berkurang
15. Bila sudah selesar, alat dirapihkan
D. Fase terminasi
16. Evaluasi respon klien (Menanyakan kepada klien bagaimana pak/bu setelah dipasang alat Nebulizer  apakah sesak berkurang)
17. Rencana tindak lanjut (Diusahakan bapak/ibu jangan banyak beraktivitas dulu ya, agar sesak nya bisa cepat sembuh atau tidak kambuh kembali)
18. Kontrak yang akan datang ; topic, waktu, tempat (Kalo begitu saya tinggal dulu ya pak/bu. Nanti pukul 12.00 kita bertemu lagi, untuk terapi pemberian obat secara oral, tempatnya disini saja)
19. Pendokumentasian ; waktu pemberian, respon klien.



Demikianlah Standar Operasional Prosedur Tindakan Nebulizer, semoga bermanfaat. Salam SUPER

Monday 22 May 2017

Prosedur Pemasangan Oksigen Nasal Kanul

Prosedur Pemasangan Oksigen Nasal Kanul

Prosedur Pemasangan Oksigen Nasal Kanul

Definisi
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan.

Tujuan
Memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernapas untuk mencegah atau mengatasi hipoksia atau hipoksemia dan mengurangi stress pada miokardium.

Faktor-faktor yang mempengaruhi transport oksigen ke jaringan adalah :
- Curah jantung
- Kandungan oksigen arteri
- Konsentrasi hemoglobin yang adekuat
- Kebutuhan metabolic

Standar Operasional Prosedur Oksigenasi
A. Fase Pra Interaksi
1. Cek catatan medis dan perawatan
2. Persiapkan alat :
Nasal kanul/tipe lain (sesuai indikasi), selang oksigen, humidifier, tabung oksigen dengan flow meter, cotton bud, air hangat dalam kom.
B. Fase Interaksi
3. Memberikan salam terapeutik (assalamu’alaikum pak/bu)
4. Melakukan evaluasi/validasi (Bagaimana perasaannya hari ini)
5. Melakukan kontrak ; waktu, tempat, topic (disini saya akan melakukan pemasangan oksigen nasal kanul, pemasangan ini dilakukan karena bapak/ibu terlihat sesak dengan pemasangan ini akan mengurangi sesak bapak/ibu tempatnya disini saja kurang lebih waktunya 15 menit)
6. Menjaga privasi klien
C. Fase Kerja
7. Cuci tangan
8. Gunakan handscone
9. Mengatur posisi klien
10. Hubungkan kanul selang oksigen dan memastikan volume air steril dalam tabung pelembab (humidifier) sesuai ketentuan
11. Kaji kelancaran aliran oksigen (bisa dengan cara mencelupkan ke kom dengan air hangat atau rasakan dengan kulit anda apakah sudah ada aliran udara yang keluar dari nasal kanul)
12. Atur aliran oksigen sesuai dengan indikasi atau instruksi
13. Membersihkan lubang hidung dengan cotton bud secara perlahan
14. Pasang nasal kanul pada hidung klien dan atur pengikatan agar klien lebih merasa nyaman
15. Lepas handscone, cuci tangan
D. Fase Terminasi
16. Evaluasi respon klien (Menanyakan kepada klien bagaimana pak/bu setelah dipasang selang nasal kanul apakah sesak berkurang)
17. Rencana tindak lanjut (Diusahakan bapak/ibu jangan banyak beraktivitas dulu ya, agar sesak nya bisa cepat sembuh)
18. Kontrak yang akan datang ; topic, waktu, tempat (Kalo begitu saya tinggal dulu ya pak/bu. Nanti pukul 12.00 kita bertemu lagi, untuk terapi pemberian obat, tempatnya disini saja)

19. Pendokumentasian ; waktu pemberian, kecepatan oksigen, rute pemberian, respon klien.


Salam SUPER, semoga bermanfaat.

Monday 15 May 2017

Perbedaan Nyeri Akut dan Kronis (Macam-macam Nyeri)

Perbedaan Nyeri Akut dan Kronis (Macam-macam Nyeri)

Perbedaan nyeri akut dan kronis

Nyeri adalah kompensasi tubuh karena adanya suatu yang salah atau abnormal. Jika kita tidak sengaja menginjak benda tajam ataupun benda panas, maka muncul rasa nyeri yang menandakan bahwa anda sedang terluka dan perlu mendapatkan penanganan.

Berdasarkan kualitas,lokasi,durasi dan karakter nyeri ada beberapa macam nyeri,yaitu :
1. Nyeri Akut
Merupakan nyeri yang terjadi secara spontan atau karena adanya suatu reaksi sensoris dari nosiseptif yang mendadak termasuk sinyal atau alarm untuk mekanisme proteksi pada tubuh. Nyeri akut kebanyakan terjadi karena adanya memicu kerusakan jaringan somatic ataupun visceral, yang lama atau jangka berlangsungnya hampir bersamaan dengan lamanya proses sembuhnya perlukaan yang tidak disertai factor penghambat atau penyulit. Rasa nyeri tersebut akan berangsur hilang seiring sembuhnya luka. Berdasarkan sifatnya nyeri akut dibagi menjadi 2 macam yaitu:
Nyeri fisiologis : nyeri yang terjadi apabila intensitas rangsang mencapai ambang atau batas normal nosiseptor sehingga menimbulkan refleks menghindar. Nyeri ini bersifat sementara,hanya selama adanya rangsang nyeri dan bisa dilokalisir
Nyeri klinis : timbul karena terjadinya perubahan kepekaan system syaraf terhadap rangsang nyeri sebagai akibat adanya kerusakan jaringan  yang disertai proses inflamasi , nyeri ini sifatnya terlokalisir dan baru hilang bila penyebabnya hilang / sembuh.

2. Nyeri Kronis
adalah nyeri yang bertahan lebih dari tiga bulan dan dapat juga bertahun-tahun yang tak kunjung sembuh seperti halnya penyakit-penyakit peradangan pada sendi (arthritis) yaitu rematik, asam urat atau gout.

3. Nyeri Somatik
Adalah nyeri yang dipicu karena adanya kerusakan pada jaringan yang terjadi dibagian permukaan tubuh (soma), meliputi jaringan muskulo-skeletal dan kulit atau deep somatic, yaitu :  ligamentum, tulang, otot dan sendi. Kualitas atau rasa nyerinya tajam dengan lokalisasi berbatas dan tegas.

4. Nyeri Viseral
Adalah nyeri yang dipicu karena adanya kerusakan dibagian dalam tubuh, terutama organ visceral yang disebabkan karena adanya trauma atau nyeri punggung bawah karena benturan/jepitan.
Nyeri viseral merupakan nyeri yang berasal dari organ-organ dalam tubuh yang mempunyai rongga seperti usus, lambung, jantung, kantung empedu dan pancreas. Nyeri viseral ini mempunyai satu cirri khusus yaitu biasanya diiringi dengan reffered pain (peralihan nyeri) dan sensasi atau reaksi otonom seperti mual muntah.

5. Nyeri Psikogenik
Adalah nyeri yang tidak disebabkan oleh stimulus, melainkan gangguan fungsi tranmisi nyeri atau adanya gangguan modulasi neuron. Mekanisme terjadinya nyeri  psikogenik ini lebih mirip dengan halusinasi, mimpi atau memori dan jauh berbeda dengan nyeri atau sensasi yang timbul dari nosiseptor.

6. Nyeri Neuropatik
Disebut juga nyeri patologis yaitu  nyeri abnormal yang rasa nyerinya disebabkan oleh kerusakan pada serabut saraf perifer atau saraf-saraf sentral sendiri.

7. Nyeri Sentral

Adalah nyeri yang ditimbulkan karena adanya kerusakan sistem saraf pusat (otak).

Semoga bermanfaat
Sumber : MyHealth
 

Ad Placement