Thursday, 23 February 2017

Komplikasi Terapi Intravena Infus

Komplikasi Terapi Intravena Infus
Sebagai perawat kita harus mengetahui apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada saat pemberian terapi intravena infus. Adapun komplikasi-komplikasi yang bisa saja memungkinkan untuk terjadi pada saat pemberian terapi intravena infus sebagaimana berikut.

Infiltrasi
Infiltrasi yaitu terjadi karena keluarnya kateter infus dari pembuluh darah sehingga mengakibatkan infiltrasi cairan intravena ke jaringan. Adapun tanda klinis dari infiltrasi yaitu pembengkakan disertai nyeri, lokasi pemasangan infus tampak basah, dingin dan pucat. Sebaiknya dalam pemilihan kateter infus disarankan jangan terlalu besar, hindari pemasangan pada daerah persendian, usahakan pasang infus ditangan yang tidak dominan dan memfiksasi area pemasangan infus dengan kuat.

Infeksi
Saat kita akan melakukan pemasangan infus otomatis kateter infus akan menembus kulit sehingga resiko infeksi pun dapat saja terjadi, maka perlu dilakukan pemasangan dan perawatan infus yang baik dan benar. Tanda-tanda infeksi biasanya timbul kemerahan, pus (nanah), teraba panas pada daerah infus dan pengerasan kulit. Apabila terjadi infeksi sistemik maka akan tampak demam, menggigil serta peningkatan leukosit akan nampak. Untuk mencegah terjadinya infeksi perlu dilakukan tindakan asepsis sebelum pemasangan infus dan pemberian obat.

Plebitis dan Tromboplebitis
Plebitis ialah terjadinya suatu peradangan pada pembuluh darah vena akibat dari pemberian terapi cairan intravena baik cairan maupun obat biasanya pasien mengeluh nyeri disekitar daerah infus. Tromboplebitis adalah terjadinya iritasi pembuluh darah vena ditandai dengan terbentuknya klot (trombus) disertai nyeri pada daerah pemasangan infus. Plebitis dan tromboplebitis terjadi karena teknik pemasangan infus yang kurang baik. Tanda klinis dari plebitis dan tromboplebitis ialah demam, nyeri, kemerahan, aliran infus kurang lancar serta tampak kemerahan. Pencegahan plebitis dan tromboplebitis yaitu dengan memilih pembuluh darah besar dan kateter infus yang tidak terlalu besar, gunakan kateter infus yang sesuai dengan rencana pemberian terapi intravena dan obat yang akan diterima pasien. Untuk mengurangi rasa nyeri diakibatkan plebitis dan tromboplebitis kita bisa melakukan kompres hangat dan cabut infus pasang di daerah yang lain.

Hematoma
Hematoma ialah terjadinya pengumpulan darah dalam jaringan tubuh akibat dari pecahnya pembuluh darah vena, arteri atau kapiler. Terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat penusukan jarum atau tusukan berulang-ulang.

Emboli Udara
Emboli udara ialah komplikasi pemberian terapi intravena yang paling sering terjadi dibanding dengan komplikasi lain serta berbahaya. Emboli udara ialah suatu keadaan dimana udara masuk ke dalam pembuluh darah vena. Emboli udara ini mengakibatkan frekuensi nadi meningkat, penurunan tekanan darah, distres pernapasan, penurunan kesadaran serta peningkatan TIK (tekanan intra kranial). Untuk mencegah terjadinya emboli udara perlu diperhatikan saat pemasangan infus kita harus benar-benar menghilangkan udara yang ada di selang infus terlebih dahulu dan juga pastikan sambungan selang terhubung dengan kencang/ketat atau bisa menggunakan infus pump. Jika terjadi emboli udara lapor ke dokter, berikan pasien miring kiri, dan hentikan pemasangan infus serta berikan terapi oksigen.

Perawatan Pada Pasien yang Mendapatkan Terapi Intravena
Perawat ialah juru rawat, pengertian dari juru rawat bukan berarti individu yang hanya memberikan perawatan tetapi orang yang mengatur jalannya perawatan dengan efisien dan baik. Jadi saat pasien mendapatkan terapi intravena  perawat harus memastikan semua yang berhubungan dengan terapi tidak memberikan dampak buruk bagi pasien.
Berikut ialah cara perawatan pada pasien yang mendapatkan terapi cairan intravena
1.    Periksa kembali ketepatan pemberian terapi intravena mulai dari jenis cairan, tetesan infus, kaji kembali apakah kateter infus benar-benar sudah terpasang dengan baik.
2.   Monitor infus yang berisi obat-obatan yang biasa kita tahu dengan istilah drip, kaji kembali tetesan infus jiak terlalu cepat pada saat pemberian obat dapat membahayakan.
3.       Lakukan teknik aseptik saat pemberian obat, mengganti flabot, serta saat memasang infus.
4.   Gunakan APD (Alat Pelindung Diri) saat pemasangan, perbaikan dan saat mencabut/melepas infus.
5.       Tanggapi dengan serius setiap kali pasien mengeluh dengan infusnya.
6.       Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan terapi cairan intravena.

Semoga Bermanfaat, Salam SUPER.

 

Ad Placement