Sebagai perawat kita harus mengetahui apa saja
komplikasi yang dapat terjadi pada saat pemberian terapi intravena infus.
Adapun komplikasi-komplikasi yang bisa saja memungkinkan untuk terjadi pada
saat pemberian terapi intravena infus sebagaimana berikut.
Infiltrasi
Infiltrasi yaitu terjadi karena keluarnya kateter
infus dari pembuluh darah sehingga mengakibatkan infiltrasi cairan intravena ke
jaringan. Adapun tanda klinis dari infiltrasi yaitu pembengkakan disertai
nyeri, lokasi pemasangan infus tampak basah, dingin dan pucat. Sebaiknya dalam
pemilihan kateter infus disarankan jangan terlalu besar, hindari pemasangan
pada daerah persendian, usahakan pasang infus ditangan yang tidak dominan dan
memfiksasi area pemasangan infus dengan kuat.
Infeksi
Saat kita akan melakukan pemasangan infus otomatis
kateter infus akan menembus kulit sehingga resiko infeksi pun dapat saja
terjadi, maka perlu dilakukan pemasangan dan perawatan infus yang baik dan
benar. Tanda-tanda infeksi biasanya timbul kemerahan, pus (nanah), teraba panas
pada daerah infus dan pengerasan kulit. Apabila terjadi infeksi sistemik maka
akan tampak demam, menggigil serta peningkatan leukosit akan nampak. Untuk
mencegah terjadinya infeksi perlu dilakukan tindakan asepsis sebelum pemasangan
infus dan pemberian obat.
Plebitis dan
Tromboplebitis
Plebitis ialah terjadinya suatu peradangan pada
pembuluh darah vena akibat dari pemberian terapi cairan intravena baik cairan
maupun obat biasanya pasien mengeluh nyeri disekitar daerah infus.
Tromboplebitis adalah terjadinya iritasi pembuluh darah vena ditandai dengan
terbentuknya klot (trombus) disertai nyeri pada daerah pemasangan infus.
Plebitis dan tromboplebitis terjadi karena teknik pemasangan infus yang kurang
baik. Tanda klinis dari plebitis dan tromboplebitis ialah demam, nyeri,
kemerahan, aliran infus kurang lancar serta tampak kemerahan. Pencegahan
plebitis dan tromboplebitis yaitu dengan memilih pembuluh darah besar dan
kateter infus yang tidak terlalu besar, gunakan kateter infus yang sesuai
dengan rencana pemberian terapi intravena dan obat yang akan diterima pasien.
Untuk mengurangi rasa nyeri diakibatkan plebitis dan tromboplebitis kita bisa
melakukan kompres hangat dan cabut infus pasang di daerah yang lain.
Hematoma
Hematoma ialah terjadinya pengumpulan darah dalam
jaringan tubuh akibat dari pecahnya pembuluh darah vena, arteri atau kapiler.
Terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat penusukan jarum atau tusukan
berulang-ulang.
Emboli Udara
Emboli udara ialah komplikasi pemberian terapi
intravena yang paling sering terjadi dibanding dengan komplikasi lain serta
berbahaya. Emboli udara ialah suatu keadaan dimana udara masuk ke dalam
pembuluh darah vena. Emboli udara ini mengakibatkan frekuensi nadi meningkat,
penurunan tekanan darah, distres pernapasan, penurunan kesadaran serta
peningkatan TIK (tekanan intra kranial). Untuk mencegah terjadinya emboli udara
perlu diperhatikan saat pemasangan infus kita harus benar-benar menghilangkan
udara yang ada di selang infus terlebih dahulu dan juga pastikan sambungan
selang terhubung dengan kencang/ketat atau bisa menggunakan infus pump. Jika
terjadi emboli udara lapor ke dokter, berikan pasien miring kiri, dan hentikan
pemasangan infus serta berikan terapi oksigen.
Perawatan Pada
Pasien yang Mendapatkan Terapi Intravena
Perawat ialah juru rawat, pengertian dari juru rawat
bukan berarti individu yang hanya memberikan perawatan tetapi orang yang
mengatur jalannya perawatan dengan efisien dan baik. Jadi saat pasien
mendapatkan terapi intravena perawat
harus memastikan semua yang berhubungan dengan terapi tidak memberikan dampak
buruk bagi pasien.
Berikut ialah cara perawatan pada pasien yang
mendapatkan terapi cairan intravena
1. Periksa kembali ketepatan pemberian terapi
intravena mulai dari jenis cairan, tetesan infus, kaji kembali apakah kateter
infus benar-benar sudah terpasang dengan baik.
2. Monitor infus yang berisi obat-obatan yang biasa
kita tahu dengan istilah drip, kaji kembali tetesan infus jiak terlalu cepat
pada saat pemberian obat dapat membahayakan.
3.
Lakukan teknik aseptik saat pemberian obat,
mengganti flabot, serta saat memasang infus.
4. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri) saat
pemasangan, perbaikan dan saat mencabut/melepas infus.
5.
Tanggapi dengan serius setiap kali pasien
mengeluh dengan infusnya.
6.
Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan
terapi cairan intravena.
Semoga Bermanfaat, Salam SUPER.